c-generation
c-generation
Kemajuan
informasi teknologi telah mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Dari sini muncul C-Generation, yaitu generasi baru melek teknologi yang
sangat peka akan konektivitas, konvergensi, konten kreatif, kolaborasi,
dan kontekstual. Nasib bangsa ini ke depan bergantung kepada mereka ini.
Untuk
itu, selain upaya struktural melalui berbagai peraturan, diperlukan
langkah strategis melalui berbagai pendekatan kultural untuk
mengantarkan potensi generasi masa depan ke kelompok masyarakat yang
bernilai dan kompetitif.
”Kalau
generasi ini justru banyak mengambil sisi negatif (dari teknologi
informasi komunikasi/TIK), yang terjadi justru kebangkrutan,
inefisiensi, dan lost generation,” tutur Suhono Harso Supangkat, Staf
Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika di sela-sela pengukuhan
jabatannya sebagai guru besar bidang teknologi infokom dari ITB.
Ia
mengatakan, di masa depan, dengan makin maraknya pemanfaatan broadband
(internet berpita lebar), internet dan teknologi semakin berpengaruh
terhadap perilaku sosial dan ekonomi masyarakat mulai dari anak-anak,
pelajar, ibu-ibu rumah tangga, hingga birokrat pemerintahan.
Dalam
orasinya, ia memperlihatkan dahsyatnya pengaruh internet dan produk
turunannya, seperti situs jejaring sosial Facebook dan Friendster atau
Youtube, yang memengaruhi hidup manusia—C Generation itu.
”Generasi
ini menjadi bekal kemajuan bangsa di masa depan yang perlu dikelola,
difasilitasi, dan diarahkan sehingga mampu bertransformasi menjadi
masyarakat yang bernilai,” tutur Kepala Inkubator Industri dan Bisnis
ITB ini.
Ia
memandang pendekatan kultural melalui sarana pendidikan atau kompetisi
pembuatan konten pendidikan ataupun kreasi seni perlu lebih digalakkan
untuk bisa mengimbangi dampak negatif TIK. Ia pun mengusulkan
dibentuknya suatu forum C-Generation yang terdiri atas berbagai unsur
masyarakat untuk memformulasikan nilai-nilai itu.
Tulang punggung ekonomi
Jika
berhasil dilakukan, ia melihat perkembangan TIK, khususnya broadband,
bisa jadi tulang punggung ekonomi bahkan pengantar kemajuan bangsa ini.
”Dalam
10 tahun ke depan, kebutuhan akan akses broadband mencapai 120 juta
pelanggan. Nilai ekonomi dari ekosistem ini Rp 300 triliun,” ujar
Suhono.
Era
broadband yang saat ini tengah dirintis melalui teknologi Wimax lalu
menyusul LTE dan Serat Optik, menurut dia, adalah gelombang industri TIK
generasi ketiga.
Berbeda dengan dua generasi sebelumnya, yaitu era satelit dan telepon seluler, ia optimistis Indonesia mampu
berperan lebih banyak sebagai pemain ataupun tuan rumah di negeri
sendiri. Apalagi, aturan yang tengah dirumuskan mendorong penggunaan
konten dan kandungan lokal. ”Jika 30-40 persen industri dalam negeri
bisa bermain, ini bisa menjadi hal yang menggembirakan,” tuturnya. (jon)
Sumber: Kompas
Berjudul: “5K”, Generasi Berbasis TIK Masa Depan